Senin, 15 Desember 2008

CERPEN Aku dan Dia

-Aku dan dia duduk di bawah pohon di tempat acara reuni sekolah. Cahaya siang membuat semua kelihatan terang. Sangat jelas kondisi dia, sejelas aku yang bertemu dan duduk di hadapannya.

Dulu, berawal dari teman biasa yang selalu diiringi dengan canda dan tawa. Tapi terkadang juga diselingi dengan perdebatan yang dasyat diantara aku dan dia, sampai membuatnya menjadi benci kepadaku walau cuma sebentar.
Namun kini aku dan dia tanpa tersadar, bahwa kami bukan sekedar teman biasa. Kami saling memberi dan saling melengkapi. Hingga timbul rasa resah dan gelisah bila ia tak nampak untuk bersuara. Dan entah mengapa rasa rindu itu datang padaku, sedangkan dia sangat jauh di sana. Sudah bertahun-tahun kami bersama untuk menikmati hidup yang semakin rapuh digerus waktu. Tapi akhirnya ia pergi meninggalkan aku sendirian dalam meneruskan hidup yang tinggal beberapa tahun lagi. Dua tahun lamanya ia tak terlihat untuk mambuatku tersenyum. Dua tahun juga ia tak pernah kasih kabar, apakah ia sekarang hidup bahagia ataukah menderita. Aku sendiri tak tahu.
Terdengar kabar yang di bawa oleh angin menerjang telingaku, bahwa sekarang ia hidup bahagia bersama suaminya. Dan aku sendiri tak tahu kalau sebenarnya ia sudah menikah satu tahun yang lalu, seakarang pupus sudah harapanku untuk mendapatkan cintanya yang belum sempat kukatakan.
Sudah dua tahun aku merindukannya, yang akhirnya kami dipertemukan dalam acara reuni sekolah. Di sana aku mendapatinya sedang duduk bersama teman-teman yang lain untuk berbagi cerita bersama mereka. Aku pun menghampirinya dengan rasa kangen yang sudah lama ku rasakan. Aku mulai menanyakan kabar kepadanya:
" Sudah lama kita tak bertemu, bagaimana kabar kamu selama ini? Aku harap baik-baik saja. O…ya, lupa. Aku dengar kamu sudah menikah ya? Terus, kok suaminya nggak diajak sekalian biar aku mengenalnya!"
Sebenarnya ia juga malu terhadapku, karena ia pergi meninggalkanku tanpa pamit. Sedangkan ia menikah tidak memberiku kabar. Dengan perasaan yang singgah di hatinya, ia menjawab:
" sebelumnya aku minta maaf, kalau aku dulu pergi tanpa pamit sama kamu. Sekarang aku sudah menikah dan, aku tidak mengajak suamiku karena ia lagi di luar kota sedang ada acara. Kabar kamu sendiri bagaimana?"

" seperti apa yang kamu lihat sekarang, Kalau aku baik-baik saja. Dan sekarang aku kuliah di salah satu universitas yang ada di jogja. O, ya aku boleh ngomong sesuatu sama kau? Tapi tidak di sini. Kita cari tempat yang lain!"
Di tempat yang lumayan sepi dan jauh dari teman-teman yang lain aku mengungkapkan perasaanku selama ini. Biar ia tahu bahwa selama ini aku sangat merindukannya:
" sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu, bahwa selama ini, semenjak kita masih sering bersama untuk bercanda, aku sudah punya rasa suka sama kamu. Tapi mungkin sudah terlambat, karena kamu sudah menikah. Dulu sebelum kamu pergi meninggalkanku, aku sudah berniat untuk mengatakannya. Tapi sayang, kamu sudah keburu hilang duluan. Sampai-sampai aku menyimpan perasaan itu sampai sekarang"

" maaf, kalau dulu aku pernah mengecewakan kamu. Tapi asal kamu tahu, bahwa sebenarnya dulu aku juga suka sama kamu. Tapi kamu nggak pernah tahu, padahal aku sering mengatakannya lewat gurauan. Karena aku malu, masak perempuan dulu yang menyatakan cinta. Pasti nggak pantaslah"
Perasaan yang mulai singgah dalam hatiku saat ini hanya ada penyesalan. Kenapa dulu aku nggak mengungkapkan perasaanku terhadapnya. Tapi aku juga senang bisa melihat ia bahagia bersama suaminya. Dan yang penting perempuan yang sangat aku cintai hidup bahagia selalu, meskipun ia sudah menjadi milik orang lain.
Selesai ngobrol berdua, kami ikut bergabung bersama yang lain. Sambil bercerita tentang masa dulu waktu masih SMA.
Dulu waktu masih SMA aku sering jahil sama teman-teman, terutama sama yang perempuan. Sampai-sampai aku tidak tahu, kalau sebenarnya perempuan yang sering aku jahilin suka sama aku. Yakni dia.
Sudah waktunya acara untuk dimulai, dan obrolan pun dipending dulu. Sambil mengikuti acara, aku bilang sama dia kalau entar selesai acara aku ingin berdua dengannya untuk melampiaskan perasaan kangen yang sudah lama kusimpan meski hanya sebagai seorang teman.
Acara sudah usai, dan kami berdua pun pergi meninggalkan yang lain untuk berduaan mengingat kenangan yang pernah terjalin diantara aku dan dia. kami pergi menuju tempat yang dulu sering kami datangi untuk main. Di sana aku bercerita tentang kehidupanku yang sekarang:
" sekarang aku kuliah di jogja, selama di jogja aku tidak punya niat untuk pacaran. Karena aku kira kamu belum menikah, makanya aku nggak mau pacaran, selain sama kamu. Tapi semenjak mendengar kabar tentang kamu sudah menikah niatku pun pupus sudah. Yang akhirnya aku bertemu salah seorang gadis, yakni adik mahasiswa. Yang sekarang selalu menemaniku setiap saat"

" tapi kok sekarang ia nggak menemanimu diacara reuni tadi? Apa kamu takut kalau ia ntar di gaet sama teman-teman?"

" bukan itu masalahnya. Sehari sebelum acara reuni, aku sudah izin sama dia bahwa aku datang diacara reuni hanya ingin menemui kamu. Dan aku pun sudah cerita tentang kita berdua. Ia sangat pengertian,"

Hari sudah semakin sore dan lazuardi pun menampakkan wajahnya di ufuk barat. Aku dan dia akan berpisah lagi, tapi sebelum berpisah kami saling tukar nomor HP. Di perempatan jalan kami berpisah, aku ke arah barat untuk kembali ke joga, sedangkan ia ke arah timur untuk pulang ke rumah. Sesampainya aku di jogja ia SMS kalau ia sudah sampai di rumah, tapi di rumah ia masih kesepian karena suaminya masih di luar kota.
Sambil membaringkan tubuh di atas kasur dalam kost, aku SMSan sama dia hitung-hitung menemani kesendiriannya meskipun lewat SMS. Kami SMSan sampai tengah malam, sampai tinggal SMS terakhir. Setelah SMS terakhir aku memejamkan mata untuk tidur. Dalam tidurku pun ia hadir di mimpiku. Yang terlihat dalam mimpiku, ia menggendong seorang bayi. Ia persis seperti orang tua yang sangat menyayangi bayinya. Ia menyusuinya, menimang-nimang bayinya dan menina bobokkan.
Ke esokan harinya setelah aku mengisi pulsa, terus aku meneleponnya untuk memberi tahu kalau tadi malam dalam mimpi aku melihat dirinya sedang menggendong seorang bayi yang sangat menawan parasnya. Setelah aku memberi tahunya, ia juga memberi kabar yang belum aku ketahui. Bahwa sebenarnya ia sedang mengandung, dan itu pun sudah dua bulan lamanya. Betapa senangnya hatiku, karena tidak lama lagi akan ada seseorang yang memanggilku dengan sebutan OM.

2 komentar:

soeharmokoxmmb mengatakan...

saya suka cerpennya pak?ceritanaya sama seperti saya pak!saya suka pak

soeharmokoxmmb mengatakan...

saya suka pak cerpenya pak,mirip seperti cerita saya,tapi di smp,sekarang udah saya lupakan,